KARTUN POLITIK

Political Cartoon Weblog

Kartun Perang Presiden Berbicara

Siapa bilang kartun hanyalah sebuah gambar-gambar lucu, yang membuat kita tertawa. Ia bisa saja menjadi sebuah “senjata” propaganda politik, yang tanpa teks pun dapat dipahami dengan mudah. Perang kartun sempat terjadi berkaitan dengan permintaan suaka beberapa warga Papua kepada pemerintah Australia beberapa waktu lalu. Seketika bermunculanlah beberapa kartun di media massa kedua negara, yang “memamerkan,” memberikan komentar dan kritik kepada salah kepada kedua negara. Saling berbalas, hingga Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pun merasa perlu membuat pernyataan pers. Berikut adalah transkrip jumpa pers tersebut.

 

Transkripsi Pernyataan Pers Presiden RI

mengenai Hubungan RI-Australia dan

Pemuatan Kartun Presiden SBY

Istana Merdeka, 3 April 2006

 

Assalammu’alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh

Selamat pagi, salam sejahtera

Rekan-rekan wartawan yang saya cintai,

Hari Sabtu yang lalu, pada tanggal 1 April 2006, kepada staf dan juru bicara, sebenarnya juga kepada saya, dimintakan tanggapan terhadap pemuatan karikatur saya oleh sebuah media massa di
Australia. Juga pada hari yang sama itu, dimintakan tanggapan Presiden menyangkut hubungan Indonesia dan Australia yang dinilai memburuk pada minggu-minggu terakhir ini. Saya sampaikan kepada staf, karena hari Senin saya akan menerima kredensial atau surat-surat kepercayaan tiga duta besar negara sahabat, yaitu Duta Besar Turki untuk Indonesia, Duta Besar Peru untuk Indonesia dan Duta Besar Tunisia untuk Indonesia, lebih baik saya menyampaikan penjelasan kehadapan para wartawan dan jurnalis berkaitan dengan masalah-masalah itu di Istana Merdeka.

Penjelasan saya ini menyangkut dua hal. Yang pertama, bagaimana kita melihat dan kemudian mengambil langkah-langkah yang tepat menyangkut hubungan Indonesia dan
Australia sekarang ini. Yang kedua adalah terutama ditanyakan kepada saya bagaimana saya menanggapi karikatur yang menyangkut diri saya sebagai Presiden dan pemimpin Indonesia yang diangkat oleh sebuah media massa di Australia.

Pertama, menyangkut hubungan Indonesia-Australia masa kini dan bagaimana kita harus menyikapi dan melangkah ke depan.

Saudara-saudara, hubungan Indonesia dan Australia memang memasuki masa sulit dan penuh dengan tantangan. Tapi tidak berarti masa sulit dan tantangan ini tidak dapat kita atasi dan kita carikan solusinya sepanjang kedua negara, baik Australia maupun Indonesia, memiliki niat baik, memiliki kejujuran, atau good faith, dan memiliki kesungguhan untuk menjalin persahabatan, kerjasama, dan kemitraan antar kedua bangsa, antar kedua negara dan antar kedua pemerintah.

Keputusan Pemerintah Australia untuk memberikan suaka politik kepada 42 Warga Negara Indonesia yang berasal dari Papua, dipandang oleh Indonesia, saya pandang, sebagai keputusan yang tidak tepat, tidak realistik, dan cenderung sepihak. Karena kalau kita bicara keadilan, harus dilihat dari kedua belah pihak karena ini menyangkut hubungan, menyangkut isu, antara Indonesia dan Australia. Papua bagian sah dari Negara Republik Indonesia. Andaikan dalam penyelesaian masalah pencarian suaka politik kemarin, ada komunikasi yang baik, ada pertukaran informasi yang baik, ada keinginan untuk melihat secara utuh dari dua buah perspektif, baik dari Australia dan Indonesia, sebagaimana yang saya inginkan, saya percaya ada opsi yang lebih baik daripada opsi atau keputusan sepihak yang dilaksanakan oleh pemerintah Australia. Yang terjadi itu bagi Indonesia bukan hanya sekedar pemberian suaka bagi pencari suaka politik, tetapi itu berkenaan dengan sesuatu yang sangat fundamental bagi negara Indonesia, yaitu kedaulatan dan kehormatan Indonesia sebagai bangsa dan sebagai negara. Melihat ke depan ada keperluan bagi kedua pemerintah untuk melakukan dialog kembali. Pertemuan-pertemuan diplomatik yang sungguh-sungguh dan intensif, untuk melihat kembali bagaimana sesungguhnya kerangka kerja sama dan persahabatan yang bersifat strategis dan komprehensif antara Indonesia dan Australia sekarang ini dan ke depan nanti. Kita perlu melihat berbagai kesepakatan yang telah kita sepakati, misalnya kerja sama di bidang illegal migration yang terjadi dengan intensitas yang tinggi tahun-tahun yang lewat. Bagaimana sesungguhnya etika, dan konsekuensi dari dukungan Australia terhadap kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk dukungan dan penghormatan terhadap Papua yang menjadi bagian sah dari Republik Indonesia. Kita harus membahas sampai kepada tingkat itu, karena dengan segala hormat dan terima kasih saya kepada Australia yang mendukung integritas teritorial kita itu, tentu harus dapat kita pastikan bahwa semua itu juga tercermin, terwujud dalam sebuah implementasi yang tepat.

Sebenarnya hubungan dan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Australia sebelum kejadian pemberian suaka politik itu amat baik. Tahun-tahun terakhir ini ditandai oleh banyak hal antara lain kehadiran Perdana Menteri John Howard pada pelantikan saya dan kunjungan-kunjungan beliau setelah itu ke Indonesia. Demikian juga, kunjungan saya ke Australia di awal pemerintahan saya yang membuahkan harapan yang begitu tinggi antara kedua bangsa bagi makin meningkatnya hubungan dan kerja sama baik kita. Kita mencatat serta berterima kasih kepada kepedulian, kontribusi dan bantuan Australia terhadap saudara-saudara kita yang ada di Aceh dan di Nias pasca bencana alam tsunami yang lalu. Kita juga melakukan kerja sama yang baik menghadapi ancaman terorisme, menghadapi kejahatan transnasional yang disebut dengan illegal migration. Saudara masih ingat Indonesia berada di garda terdepan dan kita melakukan komunikasi, koordinasi, dan kerja sama manakala ada mereka-mereka yang datang dari Timur Tengah dan mendarat di Indonesia dan dari Indonesia ingin berlayar menuju Australia.

Kebersamaan kita dalam APEC, dalam ASEAN+, dalam East Asian Summit yang baru saja dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, tahun lalu. Banyak yang menaruh harapan yang tinggi atas makin membaiknya, makin meningkatnya hubungan bilateral ini. Tetapi sekali lagi, terjadi peristiwa yang Indonesia sangat sesali itu, oleh karena itu, saya berharap karena saya merasakan bagi kedua bangsa saya ulangi kedua bangsa, bangsa Indonesia dan bangsa Australia masih ingin menjalin hubungan yang baik, kerja sama yang baik, hidup berdampingan secara damai, sambil menghormati kedaulatan dan kepentingan masing-masing, maka harapan saya dengan sangat serius kita harus duduk kembali untuk memastikan bahwa kita semua punya niat baik, good faith, kejujuran, dan keterbukaan di dalam melanjutkan kerja sama dan persahabatan kita.

Diperlukan pula suatu kerangka kerja sama yang betul-betul terbuka, menyelesaikan masalah, menyelesaikan isu-isu bilateral di antara kedua negara. Itulah yang saya sampaikan, tetapi pesan yang sangat gamblang adalah Indonesia sangat ingin dan betul-betul berkehendak untuk menjalin hubungan dan kerja sama dengan Australia, dan juga dengan negara-negara lain, tanpa mengkompromikan kedaulatan dan kehormatan Indonesia sebagai sebuah bangsa.

Indonesia tidak akan memberikan toleransi apapun terhadap elemen-elemen yang ada di negara manapun, termasuk Australia, yang nyata-nyata memberikan dukungan dan bermain untuk sebuah gerakan separatisme, yang ada di Papua. Ini posisi dasar Indonesia, yang saya yakin, dan Australia memberikan dukungan penuh terhadap kedaulatan kita dan integritas teritorial kita, mestinya semua itu kita dapat wadahi dalam kerangka kerja sama yang lebih efektif di waktu yang akan datang.


Para wartawan yang saya cintai,

Yang kedua adalah menyangkut karikatur, kartun, SBY. Saya sebetulnya tidak ingin berkomentar terhadap kartun ataupun karikatur itu. Tetapi saya dengar Perdana Menteri Australia juga sudah memberikan komentar. Banyak yang sudah menyampaikan pandangan dan pendapatnya, tidak salah kalau saya menjawab pertanyaan beberapa wartawan menyangkut karikatur itu.

Saya memang menyesalkan dan berprihatin atas penerbitan karikatur atau kartun tentang diri saya, yang tidak senonoh dan berbau pelecehan. Saya ingin semua pihak bisa menahan diri. Baru saja ada pembelajaran terbesar ditingkat dunia, terbitnya karikatur tentang Nabi Muhammad SAW yang telah mengguncangkan perasaan umat Islam sedunia yang juga mendatangkan ketegangan baru, barangkali yang disebut konflik antar civilisasi. Yang kita sepakati, kita sadar untuk memualinya dengan baik, dengan memberikan ruang yang lebih cukup untuk intercultural dialog, inter-faith dialog dan inter-media dialog.

Karikatur semacam itu, disamping tidak senonoh, cenderung agitatif, destruktif, dan bisa membangkitkan emosi rakyat. Saya mendengar bahwa sebuah media cetak di negara kita juga menerbitkan kartun atau karikatur yang sejenis. Meskipun saya memahami bahwa barangkali media massa yang menerbitkan karikatur itu ingin mengekspresikan kemarahan rakyat Indonesia, atau barangkali berangkat dari satu nasionalisme yang tinggi, tapi saya berpesan jangan terlalu jauh. Kalau terlalu jauh sekali bisa menjadi bagian dari pelebaran masalah yang lebih menyulitkan lagi. Saya harus mengatakan kepada semua pihak di dalam dan diluar negeri, perang karikatur, perang media, perang statement itu bukan solusi. Itu masalah. Banyak peristiwa besar di dunia ini, termasuk Perang Dunia, konflik dan peperangan antar bangsa disulut oleh sebab-sebab yang sepele. Tentu bukan itu pilihan kita. Kita pilih cara-cara lain, apabila ada satu masalah yang terjadi antar negara ataupun antar bangsa, kewajiban saya dengan mengambil pelajaran dari karikatur Nabi Muhammad yang lalu, pada pers Indonesia, marilah kita lebih proper lagi, jangan melebihi batas kepatutan, bisa diekspresikan emosi rakyat, nasionalisme dan harga diri dan kehormatan kita dalam bentuk-bentuk yang tepat, yang lebih tepat maksud saya.

Kepada pers Australia yang konon lebih matang, lebih dewasa, lebih beretika ciri sebuah negara demokrasi, saya serahkan penuh kepada para pemimpin Australia. Saya yakin kalau niat kita ingin kembali menjalin hubungan baik, semua masalah itu akan dapat kita atasi.

Saya harus meletakan keprihatinan saya, kekesalan saya terhadap pemuatan karikatur saya sebagai seorang kepala negara, dengan tampilan seperti itu, di bawah kepentingan yang lebih besar. Bagaimana kita harus menyelesaikan masalah ini secara jujur, secara arif, dan secara tepat. Tepat dalam kerangka tegaknya negara kedaulatan, harga diri, dan kehormatan bangsa Indonesia yang tidak bisa ditawar-tawar dan juga dalam kerangka memulihkan kembali hubungan kita, hubungan Indonesia-Australia, yang mengalami keretakan, karena keputusan sepihak Pemerintah Australia yang lalu. Nah Saudara-Saudara, saya ucapkan terima kasih .

Dan Assalamualaikum Wr.Wb.

Sumber dikutip dari situs:

http://www.indonesianembassy.it/home/news/0048.htm

No comments yet»

Tinggalkan komentar